Kamis, 19 Desember 2013

Petualangan Kecil

PADA BULAN PUASA MANUSIA DILARANG MENGUMBAR NAFSU DAN MENAHAN MARAH. 

PENULIS : KUNTOWIJOYO.

SEORANG ayah menggandeng anak gadisnya yang masih kecil memasuki sebuah rumah sakit. Di tangannya ada sebuah bungkusan panjang berisi bunga. Alangkah repot hari-harinya. Dia harus menghadapi bulan puasa sendirian. Istrinya beristirahat di rumah sakit selama seminggu. Sebabnya sederhana: istrinya harus dioperasi sekadar untuk meyakinkan bahwa benjolan di punggung bukanlah tumor ganas. Sesampai di rumah sakit, ia menaruh bunga dalam vas. Lalu laki-laki itu mengambil bunga di atas meja, dan memberikannya kepada putrinya.

"Tinggallah di luar. Kau kan sedang berpuasa, tidak boleh mendengarkan omongan yang tak patut."

Setelah putrinya keluar, laki-laki itu akan mencium istrinya, tapi istrinya bilang, "Jangan, ah. Aku tahu kau bukan nabi, kau kan sedang berpuasa." Laki-laki itu mengurungkan niatnya.

Adapun di luar, gadis kecil itu sambil menenteng bunga di tangan memutuskan untuk berjalan-jalan ke ruang perawat.

"Aku ingin bertanya," kata gadis kecil itu, "kenapa perawat suka menyuntik orang tidak bersalah?"

Mungkin pertanyaan itu terlalu sulit, atau mungkin jawabannya terlalu berbelit-belit, sehingga tidak akan dimengerti gadis sekecil itu. Seorang perawat menyilangkan tangan di mulut dan berkata:

"Kami kan sedang berpuasa."

Gadis kecil itu terus berjalan. Seorang perempuan dengan apron putih di atas seragamnya yang abu-abu sedang mendorong gerobak makanan. Gadis kecil ini mencegat perempuan itu dan bertanya, "Kenapa orang sakit harus minum kacang hijau setiap hari?"

Perempuan itu berhenti mendorong gerobak makan, menyeka keringatnya di dahi dengan belakang telapak tangannya, membetulkan dandanan rambutnya dan menjawab:

"Kami kan sedang berpuasa."

Kemudian ia meneruskan pekerjaannya.

Gadis kecil itu heran kenapa semua orang dewasa selalu menjawab dengan cara yang sama. Dia berlalu dari tempat itu dan menuju ke taman. Seorang laki-laki sedang mendorong traktor tangan di atas rumput. Air berputar-putar muncrat dari sebuah pipa di tanah secara teratur. Gadis kecil itu mengharapkan laki-laki ini akan memberi jawaban yang lain. Ia mendekat dan bertanya, "Kenapa rumput mesti dipotong?"

Laki-laki itu menghentikan traktornya.

"Kami kan sedang berpuasa," katanya.

Tidak puas dengan jawaban itu, gadis kecil beranjak dari taman. Ia menuju ke tanah luas yang dipakai sebagai tempat bermain-main. Ditemukannya seorang anak laki-laki sedang menangis.

"Kok menangis, ada apa?"

"Layang-layang saya putus."

"Jangan menangis. Kita kan sedang berpuasa."

Seperti sebuah keajaiban, anak laki-laki itu berhenti menangis. Puas dengan hasil kerjanya, gadis kecil itu pergi. Di tempat itu pula ditemukannya beberapa anak laki-laki sedang bermain bola. Napas mereka terengah-engah karena berlarian. Pikir gadis itu, mereka pasti sedang memperebutkan sesuatu. Gadis kecil mendekati seseorang, lalu bertanya, "Apa yang kalian perebutkan?"

"Bola!"

"Berebut itu tak baik. Kita kan sedang berpuasa."

Kata-katanya itu dibawa angin, sehingga anak yang berada di tempat jauh pun mendengar. Ajaib! Mereka berhenti bermain.

Gadis itu ingat, ayahnya pasti sudah selesai dengan omongan yang tak patut didengar anak kecil, dan memutuskan untuk kembali.

Ganti cerita, yang di sal rumah sakit. Ketika sang ayah ingat anak gadisnya, dicarinya dia di kursi panjang rumah sakit. Ternyata anaknya tidak ada. Ia panik, dan merasa bersalah.

"Jangan gelisah. Kau kan sedang berpuasa," kata istrinya.

Heran, kata-kata istrinya itu membuatnya tenang. Ketika itulah anak gadisnya muncul. Dilihatnya sang ayah duduk di kursi panjang sambil menoleh-noleh.

"Jangan marah, Ayah. Kita kan sedang berpuasa. Pelajaran hari ini sangat penting, kok."

Sang ayah mengajak gadis kecilnya ke dalam, dan mengatakan bahwa waktu berkunjung sudah habis. Ia menyuruh anaknya mencium tangan ibunya. Tetapi anak itu menggeleng.

"Kenapa?" tanya sang ayah.

"Aku kan sedang berpuasa."

Seperti kena sihir, orangtuanya tertawa.

"Sudahlah. Sana pergi," kata ibunya.

Hari itu jadi salah satu hari yang paling indah dalam hidupnya.

* Budayawan dan dosen Fakultas Sastra UGM

0 komentar:

Posting Komentar